Jika kebetulan libur panjang
kali ini Anda sedang melancong ke Bangka, jangan lupa menengok pantai
yang satu ini. Pantai Parai Tenggiri, cantiknya membuat siapa saja lupa
diri! Saat pulang ke Pulau Bangka, saya pasti selalu mencuri-curi
waktu untuk menyempatkan diri mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada
di sana. Terutama wisata pantai yang memang menjadi sektor wisata
andalan daerah ini.
Pada saat pulang liburan beberapa bulan yang
lalu misalnya, saya bersama seorang sepupu pergi ke Pantai Parai
Tenggiri, pantai ikonik yang selama ini telah menjadi semacam identitas
bagi Pulau Bangka. Sudah lama saya tak mengunjungi pantai ini. Kalau tak
salah ingat, sekitar tiga tahun yang lalu terakhir saya kesana. Nah,
mumpung lagi pulang ke Bangka, sekalian saja saya menyambangi pantai
itu. Apalagi dengar-dengar, fasilitas di pantai ini semakin bertambah.
Benar ternyata, cottage-cottage semakin menjalar panjang mengikuti garis
pantai. Semakin indah saja pantai ini.
Sebelum pulang, dalam
hati saya memang sudah berencana untuk mengunjungi sejumlah pantai yang
ada di Bangka bila kelak sudah tiba di sana, termasuk Pantai Parai
Tenggiri. Alhamdulillah, rencana itu akhirnya terwujud juga. Menggunakan
sepeda motor matic milik Umak (panggilan terhadap Ibu bagi sebagian
orang Bangka), saya bersama sepupu meluncur dari kampung halaman di
paling ujung selatan Pulau Bangka, Desa Pasirputih namanya.
Sesampai di Pangkalpinang, kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Sungailiat, tempat di mana Pantai Parai Tenggiri berada. Nah, jarak dari kampung halaman dengan Pangkalpinang lumayan jauh, sekitar 150 km. Tapi, jarak antara Pangkalpinang dengan Pantai Parai Tenggiri tidak jauh, kurang lebih 40 km atau sekitar setengah jam perjalanan normal.
Setelah melewati sejumlah ruas jalan di Kota Sungailiat yang asri, akhirnya sampailah kami di Pantai Parai Tenggiri. Sebelum masuk area pantai, terlebih dahulu kita harus membayar retribusi sebesar Rp 25.000/ orang. Lumayan mahal, maklum pantai ini memang sudah dikelola secara profesional oleh sebuah perusahaan. Lagipula, bukti tanda masuk itu bisa ditukar dengan minuman ringan yang sudah disediakan pengelola di sebuah gerai.
Senja mulai datang. Langit di atas Pantai Parai Tenggiri pun pelan-pelan berwarna orange. Angin pantai yang sejuk pun menyambut kedatangan kami. Wah, ternyata benar kata orang-orang, Pantai Parai Tenggiri semakin cantik. Saya pun tak lupa mengabadikan setiap keindahan yang disajikan dengan sebuah kamera saku.
Wisatawan cukup ramai kala itu, apalagi saat saya pulang ke sana. Ada acara level nasional yang sedang berlangsung. Peserta dari seluruh provinsi tumpah-ruah. Mereka tentu saja tidak melewati kesempatan itu untuk mengunjungi pantai-pantai pasir putih yang ada di sana.
Pasir pantai di Pantai Parai Tenggiri tampaknya selalu terjaga kebersihannya. Sesekali saya melihat beberapa orang petugas sedang membersihkan pantai dari rumput laut, yang sesekali terdampar terbawa ombak yang lumayan besar kala itu. Namun ombak yang besar itu tidak mempengaruhi sejumlah wisatawan untuk bermain bola di pantai. Apalagi pantai di antara garis pantai menuju Rock Island, pulau yang menjadi ciri khas Pantai Parai Tenggiri. Bahkan pantai itu cukup lapang digunakan untuk bermain bola sekalipun.
Puas menikmati semilir angin pantai yang sejuk, kami pun langsung menyeberangi jembatan menuju Rock Island, sebuah pulau yang dianugerahi batu-batu granit berukuran raksasa. Selain itu, di pulau ini juga ditumbuhi pepohonan yang membuat suasana kian terasa sejuk. Anda pun bisa memesan makanan di sebuah restoran di pulau ini. Seraya menikmati keindahan alam Pantai Parai Tenggiri. Di sebelah utara jembatan, Anda dapat menyaksikan hamparan batu granit yang melimpah ruah.
Sesampai di Pangkalpinang, kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Sungailiat, tempat di mana Pantai Parai Tenggiri berada. Nah, jarak dari kampung halaman dengan Pangkalpinang lumayan jauh, sekitar 150 km. Tapi, jarak antara Pangkalpinang dengan Pantai Parai Tenggiri tidak jauh, kurang lebih 40 km atau sekitar setengah jam perjalanan normal.
Setelah melewati sejumlah ruas jalan di Kota Sungailiat yang asri, akhirnya sampailah kami di Pantai Parai Tenggiri. Sebelum masuk area pantai, terlebih dahulu kita harus membayar retribusi sebesar Rp 25.000/ orang. Lumayan mahal, maklum pantai ini memang sudah dikelola secara profesional oleh sebuah perusahaan. Lagipula, bukti tanda masuk itu bisa ditukar dengan minuman ringan yang sudah disediakan pengelola di sebuah gerai.
Senja mulai datang. Langit di atas Pantai Parai Tenggiri pun pelan-pelan berwarna orange. Angin pantai yang sejuk pun menyambut kedatangan kami. Wah, ternyata benar kata orang-orang, Pantai Parai Tenggiri semakin cantik. Saya pun tak lupa mengabadikan setiap keindahan yang disajikan dengan sebuah kamera saku.
Wisatawan cukup ramai kala itu, apalagi saat saya pulang ke sana. Ada acara level nasional yang sedang berlangsung. Peserta dari seluruh provinsi tumpah-ruah. Mereka tentu saja tidak melewati kesempatan itu untuk mengunjungi pantai-pantai pasir putih yang ada di sana.
Pasir pantai di Pantai Parai Tenggiri tampaknya selalu terjaga kebersihannya. Sesekali saya melihat beberapa orang petugas sedang membersihkan pantai dari rumput laut, yang sesekali terdampar terbawa ombak yang lumayan besar kala itu. Namun ombak yang besar itu tidak mempengaruhi sejumlah wisatawan untuk bermain bola di pantai. Apalagi pantai di antara garis pantai menuju Rock Island, pulau yang menjadi ciri khas Pantai Parai Tenggiri. Bahkan pantai itu cukup lapang digunakan untuk bermain bola sekalipun.
Puas menikmati semilir angin pantai yang sejuk, kami pun langsung menyeberangi jembatan menuju Rock Island, sebuah pulau yang dianugerahi batu-batu granit berukuran raksasa. Selain itu, di pulau ini juga ditumbuhi pepohonan yang membuat suasana kian terasa sejuk. Anda pun bisa memesan makanan di sebuah restoran di pulau ini. Seraya menikmati keindahan alam Pantai Parai Tenggiri. Di sebelah utara jembatan, Anda dapat menyaksikan hamparan batu granit yang melimpah ruah.
Sejumlah fotografer terlihat memanfaatkan keindahan itu pada sebuah senja. Wah, tak henti-hentinya saya berdecak menyaksikan pemandangan yang sudah lama tidak saya alami itu. Saya pun tak mau kalah dengan para fotografer itu. Secara bergiliran, kami mengabadikan diri berfoto dengan latar bebatuan granit khas Pulau Bangka yang bertebaran di setiap sudut pantai disana. Yah, meskipun hanya dengan kamera saku, namun hasilnya tetap luar biasa. Penyebabnya, apalagi kalu bukan latar belakang Pantai Parai Tenggiri yang memang sudah indah tak terkata. Selamat berlibur ke Bangka!
(Artikel yang sama juga bisa dibaca di detik.com dengan judul "Long Weekend di Bangka, Kunjungi Pantai Parai Tenggiri" oleh penulis yang sama)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar