SEJARAH BANGKA SELATAN DAN KOTA TOBOALI
Pada awal
berdirinya, Kabupaten Bangka Selatan memiliki luas daerah lebih kurang 3.607,08
Km2 atau 360.708 Ha dengan wilayah administrasi 5 kecamatan, 3 kelurahan, 45
desa. Untuk kepentingan akselerasi pembangunan daerah, pada tahun 2006 beberapa
wilayah administrasi mengalami peningkatan status sehingga wilayah administrasi
menjadi 7 kecamatan, 3 kelurahan, 50 desa dan 163 dusun. Data terakhir hasil
registrasi penduduk Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2010 menunjukan jumlah
penduduk mencapai 172.528 jiwa. Tersebar di Kecamatan Toboali sebanyak 65.138
jiwa, Kecamatan Air Gegas sebanyak 37.748 jiwa, Kecamatan Payung sebanyak
18.614 jiwa, Kecamatan Simpang Rimba 21.196 jiwa, Kecamatan Lepar Pongok
sebanyka 11.196 jiwa, Kecamatan Tukak Sadai sebanyak 9.945 jiwa, dan Kecamatan
Pulau Besar sebanyak 8.181 jiwa.Berdasarkan data yang tersedia pada tahun 2010,
jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Bangka Selatan realtif
sama banyak yakni, penduduk laki-laki sebanyak 89.510 jiwa atau sekitar 56,00%
dari seluruh penduduk dan penduduk perempuan sebanyak 83.018 jiwa atau 44,00%
dari seluruh penduduk atau berbeda hanya 8,00%.Kabupaten Bangka Selatan
memiliki tingkat kepadatan penduduk, 48 orang per km2 pada tahun 2010.
Mengingat pentingnya
arti sejarah,dalam rangka mengenali sejarah Dinas Parawisata Kebudayaan Pemuda
Dan Olaraga Kabupaten Bangka Selatan secara umum dan khususnya kota
Toboali,setelah menelaah cerita-cerita (kelakaran) turun temurun dan
peninggalan-peninggalan sejarah diperkirakan Sejarah Asal Kota Toboali tersebut
sebagaimana Naskah yang disusun dan disampaikan pada Dialog Lawatan Budaya Kota
Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka Selatan 2011 ,dengan narasumber yang berasal
dari Tokoh-Tokoh Masyarakat Bangka Selatan.
Konon
menurut cerita,salah satu daerah yang tersisa dan merupakan awal mula
berdirinya Kota Toboali,terletak di Kelekak Toboali/Kuburan Keramat (Kelekak
Kramat Baher) kurang lebih 5km kearah selatan kota toboali karena disebelah
Timur terdapat lokasi perkampungan tua yakni kampong Tegag dan sebelah barat
ada Dusun BAHAR (BAGGER-Bahasa Belanda). Yang menjadi pusat keramaian saat itu.
Pada kisaran abad 17 pertengahan Wilayah Selatan Pulau Bangka ini merupakan
daerah persinggahan para pedagang.
Berdasarkan
fakta sejarah diketahui bahwa timah pertama kali ditemukan pertama kali pada
tahun 1709 pada penggalian di sungai Olin Kecamatan Toboali. Oleh orang-orang
dari johor kemudian pada tahun 2 Juli 1722 Belanda memperoleh hak istimewa
untuk menguasai perdagangan dari Kerajaan Palembang Darusallam secara monopoli.
(Kristanto Januardi Bengteng Toboali, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
Jambi).
Konon
menurut cerita masyarakat secara turun temurun sebagai wilayah perdagangan,
Wilayah ini merupakan tempat yang ramai dan tak terhindar dari kejahatan.
Banyakna para perompak atau di sebut juga dengan “Lanun”, di wilayah ini
kemudian dilaporkan ke Kerajaan Sriwijaya, masa Pemerintahan Sultan Baharuddin
I pada masa itu. Maka Sultan kemudian memengirimkan pasukan untuk mengamankan
daerah laut Pulau Bangka dipimpin oleh Raden Ali. Pasukan ini pun membuat
Benteng Pertahanan di Daerah Bahar sebagai Lokasi strategis yang dekat dengan
laut. Salah satu pasukan Raden Ali adalah seorang Tukang baju/Pejahit keturunan
Tionghoa, Lie Saw Mie yang memiliki keahlian berbahasa daerah, sehingga menjadi
intelejen yang munyusup di antara para pedagang untuk mendapatkan informasi.
Dan Raden Ali beserta pasukannya pun membuat benteng pertahanan di sekitar
Daerah Kelekak Toboali. Pada suatu malam, ketika ada angin kencang yang melanda
daerah ini, ada beberapa palaut yang kemudian berteriak kearah daratan dan di
dengar oleh Raden Ali.
“Hoiiiiiiiiiii…
ini dimana?”
Raden
Ali yang saat itu mendengar panggilan tidak memperdulikan dan di karenakan
jarak yang jauh dan sayup-sayup yang terdengar “siapa disana”. Tapi karena
dilakukan berulang-ulang akhirnya dijawab juga dengan teriakan oleh Raden Ali.
“Tobo
Ali” (Tobo Berarti saya dalam dialeg bahasa Palembang)
Jawaban
ini pun terdengar menjadi gabungan satu kata yaitu Toboali. Setelah angin reda
pada pedagang pun kembali melanjutkan perjalanan. Yang kemudian lambat laut derah
yang menjadi singgahnya pada pedagang itu dikenal dengan sebutan Toboali.
Demikianlah asal muasal nama kota Toboali di kenal.
Dikelekak
Toboali sendiri pada saat ini masih ada tanah yang digali yang di perkirakan
sebagai parit sebagai benteng pertahanan, menurut cerita ukurannya adalah
sebagai berikut : Panjang 100m x 100m x 1m dan dalamnya 4meter dan di sekitar
tempat tersebut masih terdapat Kuburan-kuburan terpelihara baik diantaranya :
1.
Kubur Raden
2.
Kubur Raden Ayu
3.
Dan antara kubur Raden Wahab dan Raden Ayu terdapat dua kuburan yaitu
diantaranya kuburan Panglima Ali
Tempat
inilah yang merupakan tempat tertua yang merupakan asal muasal Kota Toboali,
adapun versi cerita asal usul nama kota Toboali lainnya adalah sebagai berikut
:
1.
Sebagian orang mengatakan/menceritakan bahwa pada tempat tersebut terdapat
kebun Temu milik Ali dan orang menyebut daerah itu “Tebu Ali”. Tiap kali bila
orang bertanya dijawab dengan jawaban yaitu “Tebu Ali”.
2.
Tetapi sebagian mengisahkan bahwa “Tebu” itu dipindakan atau di “ale” (bahasa
dialeg Toboali), Dan kemudian menjadi “Tebu Ale”.
3.
Sebagian lagi menceritakan bahwa disana dahulu ada pahlawan yang bernama “Ali”.
Pada suatu ketika terjadi pertempuran , sehingga pahlawan ali tertangkap dan
dihukum dengan hukuman pancung lehernya dipotong tetapi lehernya kembali
menyambung kemudian dipotong lagi sampai tiga kali namun kembali menyambung
kembali. Karena keadaan yang demikian rupa, untuk mengatasi agar kepalanya
bersambung (hidup kembali) kemudian kelapanya dipisahkan dan di bawa kepulau
lepar. Berkemungkinan pulau lepar berasal dari kata “lempar”. Sedangkan bagian
tubuhnya (badan) Ali dikuburkan di tempat kelekak Toboali. Karena itu
tubuh Ali dikebumikan ditempat itu maka dikatakanlah tempat itu dengan nama
“Tobo Ali”. Dalam dialeg Toboali : Tobo berarti Tubuh (badan) sedangkan Ali
nama dari pahlawan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar