Melihat langit Kuala Lumpur
berpendar merah perlahan, itu tandanya sunrise akan datang. Inilah momen
yang jangan dilewatkan wisatawan, ketika matahari naik dari belakang
Twin Towers Petronas. Keren! Di belahan dunia mana pun, sunrise
tampaknya memang selalu menyihir setiap orang yang melihatnya, termasuk
pula fenomena matahari terbit yang sempat saya saksikan saat mengikuti
Tour With AirAsia Indonesia bersama teman-teman d'traveler of the Year
2013 dan detikTravel di Kuala Lumpur Malaysia. Lanskap ibukota Negeri
Jiran dengan ciri khas Petronas Twin Towers itu seolah menjadikan
sunrise di sana menjadi jauh lebih istimewa. Apalagi, pada saat itu saya
menyaksikannya dari lantai 19 Seri Pacific Hotel. Sungguh sunrise yang
jawara.
Di tengah cuaca di Indonesia, utamanya di Pulau Jawa yang
terkena semburan abu vulkanik akibat letusan Gunung Kelud di Jawa
Timur, akhinya kami berangkat ke Malaysia untuk mengikuti kegiatan di
Asian Aviation Centre of Excellence, Sepang, Malaysia. Menjelang tengah
malam waktu setempat yang lebih cepat satu jam dari Waktu Indonesia
Barat (WIB), kami tiba di Terminal LCC Kuala Lumpur International
Airport (KLIA) di Sepang, disambut oleh Pak Cik dan Mak Cik dari sebuah
agent travel di sana.
Selama kurang lebih satu jam perjalanan dari Terminal LCC, kami membelah jalanan lengang menuju pusat kota Kuala Lumpur, sang ibukota negara. Sejenis pohon palem yang siang esok saya ketahui sebagai pohon kelapa sawit melambai-lambai di kiri kanan jalan. Setelah makan pada sebuah rumah makan di Jalan Dewan Sultan Sulaiman di Kuala Lumpur, akhirnya sampailah kami di Seri Pacific Hotel di Jalan Putra, tempat kami menginap. Setelah check in, saya dan seorang teman, Agus Rahmat, langsung naik menuju kamar 1906. Sebagaimana nomornya, kamar itu berada di lantai 19. Sebelum merebahkan diri, saya menyibak gorden. Saat menyingkap gorden itu, saya berharap yang saya saksikan adalah Petronas Twin Tower yang sangat terkenal itu. Alhamdulillah, ternyata betul, kamar kami menghadap ke pemandangan pusat kota Kuala Lumpur dimana Petronas Twin Towers berdri dengan gagahnya.
Selama kurang lebih satu jam perjalanan dari Terminal LCC, kami membelah jalanan lengang menuju pusat kota Kuala Lumpur, sang ibukota negara. Sejenis pohon palem yang siang esok saya ketahui sebagai pohon kelapa sawit melambai-lambai di kiri kanan jalan. Setelah makan pada sebuah rumah makan di Jalan Dewan Sultan Sulaiman di Kuala Lumpur, akhirnya sampailah kami di Seri Pacific Hotel di Jalan Putra, tempat kami menginap. Setelah check in, saya dan seorang teman, Agus Rahmat, langsung naik menuju kamar 1906. Sebagaimana nomornya, kamar itu berada di lantai 19. Sebelum merebahkan diri, saya menyibak gorden. Saat menyingkap gorden itu, saya berharap yang saya saksikan adalah Petronas Twin Tower yang sangat terkenal itu. Alhamdulillah, ternyata betul, kamar kami menghadap ke pemandangan pusat kota Kuala Lumpur dimana Petronas Twin Towers berdri dengan gagahnya.
Saya kembali menutup gorden itu pada posisi semula seraya berharap pemandangan esok pagi manakala kami terjaga dari lelap menyajikan Kuala Lumpur yang luar biasa. Apalagi, saat itu kami berada di ketinggian yang dengan leluasa bisa menatap Kuala Lumpur bak seekor elang yang beterbangan mengitari bumi dari udara. Sunrise, itulah fenomena alam yang sangat saya harapkan besok bisa menghampiri kami saat gorden itu kembali saya buka, sekalipun saat berharap kala itu saya tidak tahu apakah kamar kami menghadap timur atau sebaliknya.
Pagi pun datang. Pukul 06.00 waktu setempat, namun di luar masih gulita, waktu subuh bila di Indonesia. Saya membuka gorden itu perlahan, tidak ada cahaya petanda sang raja siang akan terjaga. Saya sempat gugup, jangan-jangan ini arah barat, begitu pikiran saya. Cepat-cepat saya meilhat arah kiblat yaang tertera di hotel itu. Arah salat membelakangi jendela kaca itu, berarti betul ini arah timur dimana biasanya matahari merangkak naik. Saya pun setia menunggu seraya mengabadikan Kuala Lumpur subuh itu menggunakan sebuah kamera saku.
Pukul 07.00, langit timur Malaysia mulai berpendar merah. Matahari akan segera datang. Itu sunrise! Gedung-gedung pencakar langit Malaysia, termasuk pula Petronas Twin Tower dan KL Tower yang berdampingan itu, yang semula tampak terang dalam pagi yang masih gulita itu, pelan-pelan redup oleh cahaya matahari pagi. Saat-saat sunrise pun menghampiri kami. Saya dan teman saya Agus Rahmat pun tak mau melewati fenomena itu begitu saja. Seraya memegang kamera siap bidik, tak lepas kami memandang sunrise jawara pagi itu. Perpaduan gedung-gedung pencakar langit itu seolah tampak kerdil setelah matahari naik, berubah menjadi hitam, menyajikan siluet kota Kuala Lumpur yang menakjubkan. Inilah sunrise jawara dari Malaysia!
(Artikel yang sama juga bisa dibaca di detik.com dengan judul "Sunrise di Kuala Lumpur, Juara Cantiknya" oleh penulis yang sama)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar