Selasa, 13 Mei 2014

UNIK! TRADISI PERANG KETUPAT DI PULAU BANGKA


Berbagai tradisi unik di Indonesia adalah potensi wisata yang luar biasa. Coba lihat di Pulau Bangka, ada tradisi perang ketupat yang begitu unik dan seru untuk ditonton wisatawan. Apa yang ada dalam benak Anda manakala mendengar kata ketupat? Lebaran bukan? Saya pun berpikiran sama dengan pikiran banyak orang. Hanya saja, di Pulau Bangka, ketupat tidak hanya identik dengan Lebaran, baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Di daerah Tempilang, di Kabupaten Bangka Barat, ada tradisi unik yang justru menggunakan ketupat sebagai alat untuk berperang. Penasaran?

Saya adalah orang yang barangkali sama pensarannya dengan Anda. Itu sebabnya, bermodalkan rasa penasaran yang cukup tinggi, akhirnya saya pegi ke Pantai Pasir Kuning, tempat dimana ritual ini diselenggarakan setiap tahun. Sampai saat ini, ritual adat Perang Ketupat memang mempunyai daya tarik tersendiri bagi sejumlah wisatawan yang datang. Beberapa kali sempat menyaksikan acara itu, saya selalu menyaksikan jalan-jalan utama di daerah itu yang macet macam Jakarta.


Perang Ketupat memang bukan perang biasa, apalagi sampai harus memakan korban jiwa. Sejumlah warga didaerah itu bercerita, bahwa tradisi ini diselenggarakan untuk memberi makan makhluk halus, sebagai wujud rasa syukur warga sekitar terhadap makhluk halus itu yang telah menjaga mereka selama ini. Bagi warga setempat, tidak semua makhluk halus itu jahat, ada pula makhluk halus yang baik, yakni yang menjaga keberlangsungan hidup mereka selama ini.



Setidaknya, ada beberapa prosesi inti dalam ritual adat Perang Ketupat yang saya lihat kala itu, yakni dimulai dari memberi makan makhluk halus, baik yang tinggal di darat maupun dilaut, lalu menghanyutkan perahu kecil, dilanjutkan dengan acara utama yaitu Perang Ketupat. Untuk acara inti ini, telah disediakan begitu banyak ketupat yang siap dilemparkan dua kelompok dalam durasi tertentu yang telah ditetapkan. Wah, acaranya seru sekali, benar-benar mirip peperangan yang ada dalam bayangan saya selama ini. Apalagi debu pantai saat itu beterbangan, menambah aroma peperangan semakin kental terasa.

Beberapa orang teman saya saat itu pun menjadi bagian dalam salah satu tim. Menurut cerita dia, selama perang berlangsung, tak terasa sakit sama sekali, rasa sakit justru datang manakala perang telah usai. Wah, menarik bukan? Setelah durasi selesai, dua pihak pun harus berhenti saling lempar. Sekalipun perang, dua kelompok yang dibentuk ini saling berjabat tangan tanda perdamaian. Setelah perang usai, selanjutnya diadakan acara taber kampong, yakni menabur suatu benda yang telah dijampi oleh dukun kampung, agar kampung itu esoknya terhindar dari marabahaya. Masyarakat setempat, dalam hal ini tentu pula harus mematuhi sejumlah pantangan yang pantang untuk dilanggar.


Bagaimana, menarik bukan? Anda pun dapat menyaksikan acara ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara ini digelar untuk menyambut Tahun Baru Islam, menjelang bulan puasa, atau yang oleh masyarakat Pulau Bangka dikenal dengan sebutan bulan Ruwah. Anda pun jangan takut kelaparan, sebab masyarakat sekitar biasanya memasak dalam jumlah banyak yang akan disajikan kepada siapa pun yang datang.

(Artikel yang sama juga bisa dibaca di www.detik.com dengan judul "Unik! Tradisi Perang Ketupat di Pulau Bangka" oleh penulis yang sama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar