Rabu, 16 April 2014

KALIAN HARUS DATANG KE PANTAI TANJUNG KALIAN!




Perpaduan langit dan air pantai kebiru-biruan menjadi sajian wajib di Pantai Tanjung Kalian, Bangka. Tapi jangan cuma sekedar menikmati eloknya saja. Pantai ini juga punya warisan sejarah, salah satunya Perang Dunia II. Nah, mungkinkah belajar sejarah seraya bermain-main di tepi pantai? Mungkin saja dan ini bisa kita lakukan saat berkunjung ke Pantai Tanjung Kalian, Pulau Bangka. Pantai Tanjung Kalian adalah sebuah pantai elok yang hanya berjarak kira-kira 9 km dari pusat Kota Muntok, kota tua yang sekaligus sebagai ibukota Kabupaten Bangka Barat.




Saya dan sembilan orang teman yang kala itu Kuliah Kerja Nyata (KKN) di salah satu desa di sana, pernah berkunjung ke situ. Selain elok, Pantai Tanjung Kalian juga bercerita perihal banyak sejarah, salah satunya tentang Perang Dunia 2. Seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya, pantai ini cukup mudah dijangkau karena jaraknya yang dekat dengan pusat kota. Apalagi tak jauh dari pantai ini berdiri megah sebuah pelabuhan penyeberangan menuju Pulau Sumatera yang diberi nama sama dengan nama pantai, Pelabuhan Tanjung Kalian.

Imbasnya, tentu saja jalan menuju kawasan pantai ini juga cukup baik. Suatu hari, memanfaatkan sisa waktu sebelum kembali ke aktivitas kampus. Saya sebagai ketua kelompok berinisiatif mengajak teman-teman berwisata untuk menyegarkan kembali pikiran setelah hampir satu bulan setengah menjalankan program KKN di tengah-tengah masyarakat desa. Pilihannya jatuh ke Muntok, kota sejarah yang juga menyimpan banyak kecantikan lain. Seperti Pantai Tanjung Kalian, kota ini memadukan keduanya, sejarah dan eloknya pantai.





Menggunakan sepeda motor, kami bersepuluh berangkat dari Desa Buyan Kelumbi, di Kecamatan Tempilang, masih di kabupaten yang sama. Jaraknya 100 km lebih, namun jarak yang jauh itu terasa sangat dekat karena semangat kebersamaan yang kami bangun sepanjang jalan. Setelah sempat singgah beberapa kali untuk berisitirahat. Sampailah akhirnya kami di Pantai Tanjung Kalian, tujuan pertama kami. Sebelum tiba di lokasi, dari kejauhan sudah tampak berdiri gagah sebuah mercusuar peninggalan zaman dulu. Namun sebelum menaiki mercusuar itu, terlebih kami beristirahat di bawah naungan angin tepi pantai. Ada sebuah rumah bergaya klasik di area dimana mercusuar berdiri. Setelahnya, barulah kami menaiki menara.

Dari atas menara, tampak kecantikan Kota Muntok dari kejauhan, serta gagahnya Pelabuhan Tanjung Kalian yang baru selesai dibangun kala itu. Sesekali juga tampak sebuah daratan dari kejauhan, yang waktu masih SD saya berkunjung ke sini. Kata orang-orang itu adalah daratan Pulau Sumatera. Sejauh mata memandang, hanya keindahan yang terlihat, putihnya pasir pantai, birunya laut Selat Bangka beserta puing-puing kapal sisa Perang Dunia II. Setelah puas menikmati keindahan alam Pulau Bangka dari ketinggian, kami menuruni mercusuar dan berjalan-jalan di tepi pantai.

Nah, di tepi pantai, kita akan bertemu dengan sebuah monumen. Menurut informasi yang tertulis di monumen itu adalah monumen yang sengaja dibuat pemerintah Australia untuk mengenang prajurit mereka yang gugur dalam kapal, yang bangkainya masih bisa disaksikan hingga sekarang di sana. Nah, datanglah ke pantai ini. Giliran Anda sekarang merasakan belajar sejarah seraya bersenang-senang-senang di tepi pantai.

(Artikel yang sama juga bisa dibaca di travel.detik.com dengan judul "Kalian Harus Datang ke Pantai Tanjung Kalian!" oleh penulis yang sama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar